Sunday, November 28, 2010

SKENARIO DRAMA KELUARGA RAKA dan RATIH karya : Fauzia, Kholifah, Aini, Ilham, Bayu, Betari

Sebuah keluarga hidup dalam kakayaan dan kemewahan. Keluarga tersebut sangat sibuk setiap harinya. Ayah dan Ibu mereka selalu bekerja setiap hari tanpa kenal waktu. Sementara, salah satu dari 2 anaknya hanya berfoya-foya.
Suatu hari, anak kedua keluarga tersebut, Ratih akan berangkat sekolah.
Ratih : “Kak…. (bersuara keras memanggil kakaknya) Kak…. Ayo berangkat sekarang…. Aku sudah hampir terlambat nih…. (sambil menaiki tangga ke kamar kakaknya) Kak, cepetan dong, kak…. (sambil mengetuk pintu kamar kakaknya)
Raka : “Iya.... Iya…. Sebentar…. Sekarang Kakak juga sudah siap kok.”
Ratih : “Tapi cepetan dong…. Nanti aku dimarahin Bu Gina….”
Raka : “Iya, dik…. Kamu sarapan dulu gih! Eh, sekalian buatin kakak roti selai coklat dong…. Cepetan ya!”
Ratih : “Iya deh….” (kesal karena disuruh kakaknya)
Lima menit kemudian….
Raka : “Ayo berangkat sekarang! Pamit sama Bibi dulu.”
Ratih : “ Bi…. Kakak sama aku berangkat dulu ya!”
Bibi : “Iya, non…. Hati-hati di jalan, ya!”

*******

Kakak beradik itu pergi ke sekolah berbarengan naik motor. Di perjalanan mereka mengobrol.
Raka : “Dik, kamu nanti pulang jam berapa, sih?”
Ratih : “Hmm…. Jam tiga-an sih. Kakak bisa jemput, nggak?
Raka : “Kakak pulang jam empat, tuh…. Kamu nanti pulang sama temanmu saja.”
Ratih : “ Yaudah deh! Gampanglah, nanti kakak aku sms.”
Raka menurunkan Ratih tepat di depan sekolahnya.

*******

Sesampainya di sekolah, seperti biasa, Raka mengajak teman-temannya nongkrong di kantin.
Raka : “Guys…. Kantin, yuk!”
Rendy CS : “OKB….” (sambil berjalan bersama ke kantin)
Tanpa memperhatikan jalan, Raka berjalan dengan seenaknya. Beberapa orang sudah Ia tabrak.Sesampainya di kantin, Ia langsung membeli snack ringan, Ia melihat cewek cantik duduk sendirian di kursi.
Raka : “Hai, boleh kenalan, nggak?”
Nadin : “ Oh, iya. Kak Raka Kan, anak kelas XI C?”
Raka : “ Yup, betul…. Kok kamu tau, sih? Tau darimana? Hmm…. Pasti karena kenakalanku…. Hhehehe…. jadi Ge-eR deh….”
Nadin : “Kakak, nih…. Aku juga nakal, kok. Kalau jam pelajaran yang ngebosenin, aku juga sering ke sini. Maklum, bawaan dari SMP. Hmm…. Ngomong-ngomong pulang sekolah, kakak ada acara, nggak?”
Raka : “Hmm…. Nggak ada tuh…. Emang kenapa? Kalau kamu sudah Tanya seperti itu, aku mau ngajak kamu ke mall mau, nggak?”
Nadin : “Mau…. Mau….”
Raka : “Yaudah. Nanti aku tunggu di gerbang sekolah.” (Tiba-tiba Rendy memanggil Raka)
Nadin : “Rak, sekarang mau bel, nih. Ayo balik. Jangan pacaran melulu dong.”
Raka : “Iya, iya. Bawel banget, sih. Din, nanti jadi, ya! Aku tunggu loh…”
Raka dan Rendy CS pergi ke kelas, Begitu juga dengan Nadin.

*******

Setelah bel pulang sekolah , mereka berdua langsung pergi ke Mall.
Raka : “Enaknya kita jalan ke mana, nih?”
Nadin : “Terserah kakak, deh…. Kalau boleh usul sih, kita belanja, terus main, gimana?”
Raka : “Ide bagu, tuh. Kali ini, aku traktir kamu makan, belanja, sama man. Enak kan?”
Nadin : “Makasih, ya, kak….”
Mereka akhirnya berbelanja, main, dan makan sepuasnya.Tak terasa sudah larut malam, Raka mengantar Nadin pulang sampai rumah.

*******

Sesampainya Raka di rumah, Ratih mengomel.
Ratih : “Habis darimana, kak? Jam segini baru pulang. Nggak khawatir apa, Mama sama Papa belum pulang dari tadi pagi, kakak sadar, dong! Foya-foya itu apa untungnya?”
Bibi : (mencoba melerai) “Sudah Non, den Raka jangan dimarahin terus. Den Raka itu kakak non sendiri.”
Ratih : “Biarin, Bi! Biar kakak tuh, sadar.”
Raka : “Oke, oke, oke. Kakak ngaku, kakak habis dari mall sama temen kakak, Puas kamu, dik?”
Ratih : “Oh, jadi kakak lebih seneng ke mall, foya-foya, makan-makan, shopping, dari pada nemenin aku! Adik kakak sendiri! Iya!
Raka : “Udah, ah…. Jangan bawel, berisik tau nggak, sih! Kakak capek, mau istirahat.”
Ratih : “Istirahat sana! Besok ulangi lagi! Capek aku ngingetin. Huh….”
Bibi : “Udah, Non…. Den Raka pasti capek. Jangan dimarahin terus.”
Ratih : (mulai melemah suaranya) “Iya, Bi. Aku juga sudah cape ngingetin kakak. Bi, beso aku ada tambahan pagi. Tolong bilang sama Pak Udin, aku besok dianter jam setengah enam. Terus kalo Mama sama Papa pulang, bangunin aku ya, Bi. Satu lagi, jangan bilang ke kak Raka kalau aku masuk pagi.”
Bibi : “Sip deh, Non…. Sekarang lebih baik, Non istirahat, biar besok bisa bangun pagi, Oke?”
Ratih : “Oke deh, Bi….”
Rumah itu akhirnya sepi dan gelap. Semua penghuninya tertidur lelap.

*******
Keesokan harinya, Bibi sudah menyiapkan sarapan untuk Raka dan Ratih. Jam lima pagi, Ratih sudah menuju ke ruang makan.
Ratih : “Bi, sarapanku sudah jadi?”
BIbi : “Iya, Non. Nasi goring jamur kesukaan non Ratih sama den Raka.”
Ratih : “Makasih ya, Bi. Pak Udin mana? Kok nggak keliahatan?”
Bibi : “Pak Udin baru nyuci mobil di depan, Non.”
Ratih : “Oh, yaudah, Bi. Eh, Bi, Papa sama Mama tadi malam sudah pulang belum, Bi?”
Bibi : “Belum, Non. Tuan dan Nyonya semalam belum pulang.”
Ratih : “Mama sama Papa kemana, ya? Aku jadi khawatir.”
Bibi : “Mungkin Tuan dan Nyonya keluar kota, Non.”
Ratih : “Mungkin juga, Bi. Eh, udah jam setengah enam. Aku harus cepat-cepat berangkat ke sekolah. Nanti kalau kak Raka nyari, bilang aku masih marah. Terus kalau Mama sama Papa pulang, bilang suruh tunggu aku pulang dulu.”
Bibi : “Ya, Non. Hati-hati di jalan, ya!”
Akhirnya Ratih diantar oleh Pak Udin.

*******

Jam 6.15, Raka memanggil-manggil Ratih.
Raka : “Dik…. Dik Ratih…. Katanya masuk pagi?Kok beum bangu, sih? (Raka membuka kamar Ratih) Loh, kok kosong, sih? Biii….. Bibi…. (Sambil berlari menuruni tangga) Bi, Ratih kemana sih, Kok jam segini udah pergi?”
Bibi : “Non Ratih sudah berangkat jam setengah enam tadi, kayaknya non Ratih masih marah sama Aden.”
Raka : “Yaudah, deh. Bi, aku berangkat dulu, ya!”
Bibi : Hati-hati di jalan, ya, Den! Jangan lupa nanti jemput non Ratih!”

*******

Di sekolah, Ratih berteu dengan temannya yang bernama Ayu.
Ayu : “Hai, Tih. Selamat, ya!
Ratih : (Merasa bingung dengan ucapan Ayu) “Hai juga. Emang ada apa, sih, kok kamu girang banget?
Ayu : “Kamu nggak tau, ya? Masa, sih?
Ratih : “Beneran, Yu. Aku nggak tau.” (Masih bingung dengan kata-kata Ayu)
Ayu : “Kamu masuk seleksi lomba MIPA tingkat Nasional. Kamu hebat, Tih,”
Ratih : “Masa, sih? Wah, kalau seperti itu, aku harus lebih giat dong….”
Ayu : “Iya, kamu harus lebih giat lagi. Eh, aku ke kelas dulu, yah…. Daahh…”
Ratih : “Ok, daahh….”
Ratih dan Ayu kembali ke kelas mereka masing-masing.

*******

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Ratih langsung keluar kelas. Di luar, tiba-tiba handphonenya berbunyi.
Ratih : “Siapa ini? Jam segini nelpon. (sambil membuka handphonenya) Wah, tumben orang rumah nelpon.”
Bibi : “Ini Bibi, Non.”
Ratih : “Oh, Bibi. Ada apa, Bi? Tumben jam segini nelpon.”
Bibi : “Ini Non, Tuan dan Nyonya sudah pulang. Non cepe pulang, ya!”
Ratih : “Sip, oke deh, Bi. Udah dulu, ya. Aku mau pulang sekarang. Makasih, ya, Bi.”
Bibi : “Sama-sama, Non.”
Tiba-tiba ada motor mendeat ke Ratih.
Ratih : “STOP! Siapa, sih? Main tabrak aja!” (hampir marah)
Raka : “Idii..h, kamu ni, marah-marah aja, kerjaannya.”
Ratih : “Loh, kakak ngapain ke sini?”
Raka : “Mau jemput adikku tercinta dan tersayang, dong.”
Ratih : “Ih…. Eh, kak, Mama sama Papa di rumah loo..h. Ayo cepet pulang. Aku nggak sabar mau ngobrol sama Mama sama Papa.”
Raka : “Iya, iya. Emang ada apa, sih?” (merasa bingung dengan perkataan adiknya)
Ratih : “Ada, deh…. Ayo berangkat sekarang! (menaiki motor kakaknya)
Mereka berdua akhirnya pulang.

*******

Sesampainya di rumah, Mama dan Papa mereka sudah menunggu di ruang keluarga.
Papa : (Dengan muka marah dan jengkel) “Mana Raka!Ratih, mana kakakmu?”
Mama : (Sedikit menenangkan papa) “Sabar, Pa. mereka baru pulang.”
Ratih : (Gembira melihat orangtuannya di rumah) “Ma, Pa, sudah pulang? Kakak lagi digarasi naruh motor. Aku punya kabar gembira buat Mama sama Papa.”
Papa : (Masih kesal dengan Raka) “Raka, mana Raka! Cepat panggil dia ke sini!”
Raka : (Dengan wajah tanpa dosa) “Siang, Ma, Pa.”
Papa : (Langsung marah pada Raka) “Raka, kamu ngapain aja sih, di sekolah? Papa tadi ditelpon kepala sekolah kamu! Papa disuruh datang ke sekolah kamu besok. Kamu ngapain, sih? Pasti kamu bikin ulah lagi di sekolah! Jujur!”
Raka : (dengan muka masam) “Anu, Pa…. Em…. Raka a….nu…. Raka kemarin e…tawuran sama anak SMU sebelah.” (suara Raka lirih)
Papa : “Apa?!!!! Kamu ini malu-maluan Papa, tau nggak!”
Raka : “Ma…. Maaf, Pa. Raka kesle sih, sama anak-anak itu!”
Papa : “Udah…. Udah…. Sekarang Papa sama Mama mau keluar kota. Kamu jangan buat ulah lagi, Paham!!!”
Ratih : “Loh, Pa. Ratih mau cerita sama Mama sama Papa. Kok Mama sama Papa buru-buru ke luar kota, sih?”
Mama : “Sayang, Mama sama Papa udah telat. Kapan-kapan lagi aja ya, Sayang. Baik-baik di rumah, ya! Dah….”
Ratih : (berlari menuju kamar dengan muka sedih) “Aku kangen Mama, Mama aku saying Mama.”
Ratih menangis di kamarnya, Ia merasa Orangtuannya sudah tidak peduli dengannya lagi. Ratih sedih, akan tetapi, Ia tetap belajar dengan giat. Agar bisa memenangkan lomba MIPA itu.

*******

Di sekolah Raka….
Pak Guru : “Pagi anak-anak.”
Murid-murid : ”Pagi, Pak.”
Pak Guru : “Anak-anak, pagi ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Semarang. Namanya Indah. Indah, mari masuk!”
Murid-murid : “Huu…. Dasar!” (serempak)
Pak Guru : “Udah, udah. Kalian ini ribut aja. (dengan jengkel) Rendy, kamu ini, pagi-pagi sudah buat ulah (memarahi Rendy) Indah, silahkan perkenalkan diri kamu.”
Indah : (dengan suara lirih) “Pagi semua.Nama saya Aurora Indah Dewi Nurbani.Panggil aja Indah. Saya pinddahan dari Semarang. Saya pindah ke sini karena Orangtua Saya dinas di Jakarta.”
Pak Guru : “Cukup Indah. Kamu sekarang bisa duduk di sebelah Raka.” (sambil menunjuk tempat duduk Raka)
Raka : “Loh,kok di sini sih, Pak? Nggak adil dong!”
Pak Guru : “Lantas Indah duduk di mana? Di meje guru? Mana mungkin! (kesal menghadapi sikap Raka) Pokoknya, mau tidak mau, Indah duduk di samping kamu! TITIK!”
Indah berjalan mendekati tempat duduk Raka. Indah mencoba memulai percakapan dengan Raka.
Indah : “Hai, aku Indah.”
Raka : (tampak kesal) “Udah, nggak usah basa-basi. Kamu udah tau namaku, kan!”
Indah : (menunduk sedih) “Oh, maaf. Jika aku ganggu kamu.”
Kedua anak ini belum cukup akrab, tetapi Indah tetap ramah dengan Raka. Beberapa minggu kemudian mereka mulai akrab, suka belajar bersama. Indah menganggap Raka sahabatnya, Tetapi Raka baik dengan Indah semata-mata hanya untuk memanfaatkan Indah.

*******

Beberapa hari kemudian…..
Kriiiingg.... Kriiiiingg….
Raka : (mengangkat telepon) “Halo, keluarga Aditya Riswanto di sini. Dengan siapa di sana?”
PMM : “Ini dengan Perusahaan Muncul Makmur. Bisa bicara dengan Bapak Aditya?”
Raka : “Iya, sebentar, Saya panggilkan.” (meletakkan telepon)
Ratih : “Siapa, kak?” (penasaran)
Raka : “Nih, ada telepon. Nyari Papa!” (memerikan telepon pada Ratih)
Ratih : “Halo, ada apa, ya?”
PMM : “ Bapak Aditya ada?”
Ratih : “A…. Papa sedang keluar kota. Ada apa, ya?”
PMM : “Maaf sebelumnya. Perusahaan Bapak Aditya terlilit hutang, dan hutangnya mencapai 2 T. Tolong sampaikan ini kepada Bapak Aditya, hutang-hutang ini harus dilunasi, paling lambat seminggu dari sekarang. Kalau tidak, rumah, perusahaan, dan aset-aset milik Bapak Aditya yang lain akan Kami sita. Terima kasih. “ (menutup telepon)
Ratih : “Kak, perusahaannya Papa akan bangkrut.”
Raka : “Terus apa hubungannya dengan aku?”
Ratih : “Ya, kita akan hidup sederhana. Tanpa kemewahan dan kekayaan.”
Raka : “So….?” (tak menghiraukan perkataan adiknya. Raka langsung pergi.”

*******
Mulai saat itu, keluarga Aditya Riswanto berubah menjadi keluarga yang sederhana. Mama dan Papa mereka sudah sering di rumah menemani Ratih. Akan tetapi, Raka belum sadar juga kalau keluarganya sudah bangkrut dan kehidupan keluarganya sudah tidak seperti dulu lagi.
Raka : “Pa, minta uang dong, uang Raka udah abis, nih!”
Papa : “Nak, kita sekarang lagi kesusahan, kamu kok, belum sada juga, sih?”
Raka : “Papa nih, ada-ada aja. Udah sekarang Raka minta uang 2 juta aja.”
Papa : “Nggak ada, Nak. Uang Papa dan Mama hanya cukup untuk makan kita sehari-hari dan untuk membayar uang sekolah kamu dan Ratih.”
Raka : “Papa bohong!” (membentak)
Papa : “Bener, Nak. Papa tidak punya uang sekarang.”
Raka terus marah-marah.

*******

Keesokan harinya, di sekolah Raka….
Raka : “Hai, Din…. Gimana kabarmu?”
Nadin : (tidak terlalu memperhatikan) “Idih…. Siapa tu? Kenal juga nggak, nyapa-nyapa lagi!”
Raka terus berjalan ke kelas dengan perasaan kesal dan kecewa pada Nadin.Di kelas, teman-teman Raka menjauhi Raka.Tetapi Indah tidak, Ia tetap ramah dengan Raka.
Indah : “Hai, Rak…. Apa kabar?”
Raka : “Udah, nggak usah basa-basi. Eh, aku mau tanya. Temen-temen kenapa, sih? Kok kayaknya pada ngejauhin aku.”
Indah : (Dengan gugup) “A….anu Rak….mereka semua udah tau kalau orang tuamu bangkrut. Jadi, mereka merasa udah nggak level sama kamu.”
Raka : “Apa?!!!!!!!” (marah-marah)


Sejak saat itu, Raka sering mengamuk. Dia terpukul dengan perkataan Indah. Teman-teman Raka semua menjauhi Raka. Tetapi Indah tidak, Indah malah semakin dekat dengan Raka. Akhirnya Raka sadar, siapa itu Indah. Indah adalah teman yang raman, hatinya baik, tidak pilih-pilih dalam mencari teman.Mulai saat itu, hanya Indahlah satu-satunya teman di sekolahnya.
Nilai Rakapun juga meningkat. Minggu ini, tim basket Raka akan mengikuti lomba antar sekolah. Tim basket Raka selalu menang sampai tingkat Nasional. Dan sejak saat itu Raka mulai sadar siapa dirinya. Keluarga Aditya Riswanto inipun sekarang hidup tentram, rukun dan bahagia.

2 comments:

Sunday, November 28, 2010

SKENARIO DRAMA KELUARGA RAKA dan RATIH karya : Fauzia, Kholifah, Aini, Ilham, Bayu, Betari

Sebuah keluarga hidup dalam kakayaan dan kemewahan. Keluarga tersebut sangat sibuk setiap harinya. Ayah dan Ibu mereka selalu bekerja setiap hari tanpa kenal waktu. Sementara, salah satu dari 2 anaknya hanya berfoya-foya.
Suatu hari, anak kedua keluarga tersebut, Ratih akan berangkat sekolah.
Ratih : “Kak…. (bersuara keras memanggil kakaknya) Kak…. Ayo berangkat sekarang…. Aku sudah hampir terlambat nih…. (sambil menaiki tangga ke kamar kakaknya) Kak, cepetan dong, kak…. (sambil mengetuk pintu kamar kakaknya)
Raka : “Iya.... Iya…. Sebentar…. Sekarang Kakak juga sudah siap kok.”
Ratih : “Tapi cepetan dong…. Nanti aku dimarahin Bu Gina….”
Raka : “Iya, dik…. Kamu sarapan dulu gih! Eh, sekalian buatin kakak roti selai coklat dong…. Cepetan ya!”
Ratih : “Iya deh….” (kesal karena disuruh kakaknya)
Lima menit kemudian….
Raka : “Ayo berangkat sekarang! Pamit sama Bibi dulu.”
Ratih : “ Bi…. Kakak sama aku berangkat dulu ya!”
Bibi : “Iya, non…. Hati-hati di jalan, ya!”

*******

Kakak beradik itu pergi ke sekolah berbarengan naik motor. Di perjalanan mereka mengobrol.
Raka : “Dik, kamu nanti pulang jam berapa, sih?”
Ratih : “Hmm…. Jam tiga-an sih. Kakak bisa jemput, nggak?
Raka : “Kakak pulang jam empat, tuh…. Kamu nanti pulang sama temanmu saja.”
Ratih : “ Yaudah deh! Gampanglah, nanti kakak aku sms.”
Raka menurunkan Ratih tepat di depan sekolahnya.

*******

Sesampainya di sekolah, seperti biasa, Raka mengajak teman-temannya nongkrong di kantin.
Raka : “Guys…. Kantin, yuk!”
Rendy CS : “OKB….” (sambil berjalan bersama ke kantin)
Tanpa memperhatikan jalan, Raka berjalan dengan seenaknya. Beberapa orang sudah Ia tabrak.Sesampainya di kantin, Ia langsung membeli snack ringan, Ia melihat cewek cantik duduk sendirian di kursi.
Raka : “Hai, boleh kenalan, nggak?”
Nadin : “ Oh, iya. Kak Raka Kan, anak kelas XI C?”
Raka : “ Yup, betul…. Kok kamu tau, sih? Tau darimana? Hmm…. Pasti karena kenakalanku…. Hhehehe…. jadi Ge-eR deh….”
Nadin : “Kakak, nih…. Aku juga nakal, kok. Kalau jam pelajaran yang ngebosenin, aku juga sering ke sini. Maklum, bawaan dari SMP. Hmm…. Ngomong-ngomong pulang sekolah, kakak ada acara, nggak?”
Raka : “Hmm…. Nggak ada tuh…. Emang kenapa? Kalau kamu sudah Tanya seperti itu, aku mau ngajak kamu ke mall mau, nggak?”
Nadin : “Mau…. Mau….”
Raka : “Yaudah. Nanti aku tunggu di gerbang sekolah.” (Tiba-tiba Rendy memanggil Raka)
Nadin : “Rak, sekarang mau bel, nih. Ayo balik. Jangan pacaran melulu dong.”
Raka : “Iya, iya. Bawel banget, sih. Din, nanti jadi, ya! Aku tunggu loh…”
Raka dan Rendy CS pergi ke kelas, Begitu juga dengan Nadin.

*******

Setelah bel pulang sekolah , mereka berdua langsung pergi ke Mall.
Raka : “Enaknya kita jalan ke mana, nih?”
Nadin : “Terserah kakak, deh…. Kalau boleh usul sih, kita belanja, terus main, gimana?”
Raka : “Ide bagu, tuh. Kali ini, aku traktir kamu makan, belanja, sama man. Enak kan?”
Nadin : “Makasih, ya, kak….”
Mereka akhirnya berbelanja, main, dan makan sepuasnya.Tak terasa sudah larut malam, Raka mengantar Nadin pulang sampai rumah.

*******

Sesampainya Raka di rumah, Ratih mengomel.
Ratih : “Habis darimana, kak? Jam segini baru pulang. Nggak khawatir apa, Mama sama Papa belum pulang dari tadi pagi, kakak sadar, dong! Foya-foya itu apa untungnya?”
Bibi : (mencoba melerai) “Sudah Non, den Raka jangan dimarahin terus. Den Raka itu kakak non sendiri.”
Ratih : “Biarin, Bi! Biar kakak tuh, sadar.”
Raka : “Oke, oke, oke. Kakak ngaku, kakak habis dari mall sama temen kakak, Puas kamu, dik?”
Ratih : “Oh, jadi kakak lebih seneng ke mall, foya-foya, makan-makan, shopping, dari pada nemenin aku! Adik kakak sendiri! Iya!
Raka : “Udah, ah…. Jangan bawel, berisik tau nggak, sih! Kakak capek, mau istirahat.”
Ratih : “Istirahat sana! Besok ulangi lagi! Capek aku ngingetin. Huh….”
Bibi : “Udah, Non…. Den Raka pasti capek. Jangan dimarahin terus.”
Ratih : (mulai melemah suaranya) “Iya, Bi. Aku juga sudah cape ngingetin kakak. Bi, beso aku ada tambahan pagi. Tolong bilang sama Pak Udin, aku besok dianter jam setengah enam. Terus kalo Mama sama Papa pulang, bangunin aku ya, Bi. Satu lagi, jangan bilang ke kak Raka kalau aku masuk pagi.”
Bibi : “Sip deh, Non…. Sekarang lebih baik, Non istirahat, biar besok bisa bangun pagi, Oke?”
Ratih : “Oke deh, Bi….”
Rumah itu akhirnya sepi dan gelap. Semua penghuninya tertidur lelap.

*******
Keesokan harinya, Bibi sudah menyiapkan sarapan untuk Raka dan Ratih. Jam lima pagi, Ratih sudah menuju ke ruang makan.
Ratih : “Bi, sarapanku sudah jadi?”
BIbi : “Iya, Non. Nasi goring jamur kesukaan non Ratih sama den Raka.”
Ratih : “Makasih ya, Bi. Pak Udin mana? Kok nggak keliahatan?”
Bibi : “Pak Udin baru nyuci mobil di depan, Non.”
Ratih : “Oh, yaudah, Bi. Eh, Bi, Papa sama Mama tadi malam sudah pulang belum, Bi?”
Bibi : “Belum, Non. Tuan dan Nyonya semalam belum pulang.”
Ratih : “Mama sama Papa kemana, ya? Aku jadi khawatir.”
Bibi : “Mungkin Tuan dan Nyonya keluar kota, Non.”
Ratih : “Mungkin juga, Bi. Eh, udah jam setengah enam. Aku harus cepat-cepat berangkat ke sekolah. Nanti kalau kak Raka nyari, bilang aku masih marah. Terus kalau Mama sama Papa pulang, bilang suruh tunggu aku pulang dulu.”
Bibi : “Ya, Non. Hati-hati di jalan, ya!”
Akhirnya Ratih diantar oleh Pak Udin.

*******

Jam 6.15, Raka memanggil-manggil Ratih.
Raka : “Dik…. Dik Ratih…. Katanya masuk pagi?Kok beum bangu, sih? (Raka membuka kamar Ratih) Loh, kok kosong, sih? Biii….. Bibi…. (Sambil berlari menuruni tangga) Bi, Ratih kemana sih, Kok jam segini udah pergi?”
Bibi : “Non Ratih sudah berangkat jam setengah enam tadi, kayaknya non Ratih masih marah sama Aden.”
Raka : “Yaudah, deh. Bi, aku berangkat dulu, ya!”
Bibi : Hati-hati di jalan, ya, Den! Jangan lupa nanti jemput non Ratih!”

*******

Di sekolah, Ratih berteu dengan temannya yang bernama Ayu.
Ayu : “Hai, Tih. Selamat, ya!
Ratih : (Merasa bingung dengan ucapan Ayu) “Hai juga. Emang ada apa, sih, kok kamu girang banget?
Ayu : “Kamu nggak tau, ya? Masa, sih?
Ratih : “Beneran, Yu. Aku nggak tau.” (Masih bingung dengan kata-kata Ayu)
Ayu : “Kamu masuk seleksi lomba MIPA tingkat Nasional. Kamu hebat, Tih,”
Ratih : “Masa, sih? Wah, kalau seperti itu, aku harus lebih giat dong….”
Ayu : “Iya, kamu harus lebih giat lagi. Eh, aku ke kelas dulu, yah…. Daahh…”
Ratih : “Ok, daahh….”
Ratih dan Ayu kembali ke kelas mereka masing-masing.

*******

Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Ratih langsung keluar kelas. Di luar, tiba-tiba handphonenya berbunyi.
Ratih : “Siapa ini? Jam segini nelpon. (sambil membuka handphonenya) Wah, tumben orang rumah nelpon.”
Bibi : “Ini Bibi, Non.”
Ratih : “Oh, Bibi. Ada apa, Bi? Tumben jam segini nelpon.”
Bibi : “Ini Non, Tuan dan Nyonya sudah pulang. Non cepe pulang, ya!”
Ratih : “Sip, oke deh, Bi. Udah dulu, ya. Aku mau pulang sekarang. Makasih, ya, Bi.”
Bibi : “Sama-sama, Non.”
Tiba-tiba ada motor mendeat ke Ratih.
Ratih : “STOP! Siapa, sih? Main tabrak aja!” (hampir marah)
Raka : “Idii..h, kamu ni, marah-marah aja, kerjaannya.”
Ratih : “Loh, kakak ngapain ke sini?”
Raka : “Mau jemput adikku tercinta dan tersayang, dong.”
Ratih : “Ih…. Eh, kak, Mama sama Papa di rumah loo..h. Ayo cepet pulang. Aku nggak sabar mau ngobrol sama Mama sama Papa.”
Raka : “Iya, iya. Emang ada apa, sih?” (merasa bingung dengan perkataan adiknya)
Ratih : “Ada, deh…. Ayo berangkat sekarang! (menaiki motor kakaknya)
Mereka berdua akhirnya pulang.

*******

Sesampainya di rumah, Mama dan Papa mereka sudah menunggu di ruang keluarga.
Papa : (Dengan muka marah dan jengkel) “Mana Raka!Ratih, mana kakakmu?”
Mama : (Sedikit menenangkan papa) “Sabar, Pa. mereka baru pulang.”
Ratih : (Gembira melihat orangtuannya di rumah) “Ma, Pa, sudah pulang? Kakak lagi digarasi naruh motor. Aku punya kabar gembira buat Mama sama Papa.”
Papa : (Masih kesal dengan Raka) “Raka, mana Raka! Cepat panggil dia ke sini!”
Raka : (Dengan wajah tanpa dosa) “Siang, Ma, Pa.”
Papa : (Langsung marah pada Raka) “Raka, kamu ngapain aja sih, di sekolah? Papa tadi ditelpon kepala sekolah kamu! Papa disuruh datang ke sekolah kamu besok. Kamu ngapain, sih? Pasti kamu bikin ulah lagi di sekolah! Jujur!”
Raka : (dengan muka masam) “Anu, Pa…. Em…. Raka a….nu…. Raka kemarin e…tawuran sama anak SMU sebelah.” (suara Raka lirih)
Papa : “Apa?!!!! Kamu ini malu-maluan Papa, tau nggak!”
Raka : “Ma…. Maaf, Pa. Raka kesle sih, sama anak-anak itu!”
Papa : “Udah…. Udah…. Sekarang Papa sama Mama mau keluar kota. Kamu jangan buat ulah lagi, Paham!!!”
Ratih : “Loh, Pa. Ratih mau cerita sama Mama sama Papa. Kok Mama sama Papa buru-buru ke luar kota, sih?”
Mama : “Sayang, Mama sama Papa udah telat. Kapan-kapan lagi aja ya, Sayang. Baik-baik di rumah, ya! Dah….”
Ratih : (berlari menuju kamar dengan muka sedih) “Aku kangen Mama, Mama aku saying Mama.”
Ratih menangis di kamarnya, Ia merasa Orangtuannya sudah tidak peduli dengannya lagi. Ratih sedih, akan tetapi, Ia tetap belajar dengan giat. Agar bisa memenangkan lomba MIPA itu.

*******

Di sekolah Raka….
Pak Guru : “Pagi anak-anak.”
Murid-murid : ”Pagi, Pak.”
Pak Guru : “Anak-anak, pagi ini kita kedatangan murid baru, pindahan dari Semarang. Namanya Indah. Indah, mari masuk!”
Murid-murid : “Huu…. Dasar!” (serempak)
Pak Guru : “Udah, udah. Kalian ini ribut aja. (dengan jengkel) Rendy, kamu ini, pagi-pagi sudah buat ulah (memarahi Rendy) Indah, silahkan perkenalkan diri kamu.”
Indah : (dengan suara lirih) “Pagi semua.Nama saya Aurora Indah Dewi Nurbani.Panggil aja Indah. Saya pinddahan dari Semarang. Saya pindah ke sini karena Orangtua Saya dinas di Jakarta.”
Pak Guru : “Cukup Indah. Kamu sekarang bisa duduk di sebelah Raka.” (sambil menunjuk tempat duduk Raka)
Raka : “Loh,kok di sini sih, Pak? Nggak adil dong!”
Pak Guru : “Lantas Indah duduk di mana? Di meje guru? Mana mungkin! (kesal menghadapi sikap Raka) Pokoknya, mau tidak mau, Indah duduk di samping kamu! TITIK!”
Indah berjalan mendekati tempat duduk Raka. Indah mencoba memulai percakapan dengan Raka.
Indah : “Hai, aku Indah.”
Raka : (tampak kesal) “Udah, nggak usah basa-basi. Kamu udah tau namaku, kan!”
Indah : (menunduk sedih) “Oh, maaf. Jika aku ganggu kamu.”
Kedua anak ini belum cukup akrab, tetapi Indah tetap ramah dengan Raka. Beberapa minggu kemudian mereka mulai akrab, suka belajar bersama. Indah menganggap Raka sahabatnya, Tetapi Raka baik dengan Indah semata-mata hanya untuk memanfaatkan Indah.

*******

Beberapa hari kemudian…..
Kriiiingg.... Kriiiiingg….
Raka : (mengangkat telepon) “Halo, keluarga Aditya Riswanto di sini. Dengan siapa di sana?”
PMM : “Ini dengan Perusahaan Muncul Makmur. Bisa bicara dengan Bapak Aditya?”
Raka : “Iya, sebentar, Saya panggilkan.” (meletakkan telepon)
Ratih : “Siapa, kak?” (penasaran)
Raka : “Nih, ada telepon. Nyari Papa!” (memerikan telepon pada Ratih)
Ratih : “Halo, ada apa, ya?”
PMM : “ Bapak Aditya ada?”
Ratih : “A…. Papa sedang keluar kota. Ada apa, ya?”
PMM : “Maaf sebelumnya. Perusahaan Bapak Aditya terlilit hutang, dan hutangnya mencapai 2 T. Tolong sampaikan ini kepada Bapak Aditya, hutang-hutang ini harus dilunasi, paling lambat seminggu dari sekarang. Kalau tidak, rumah, perusahaan, dan aset-aset milik Bapak Aditya yang lain akan Kami sita. Terima kasih. “ (menutup telepon)
Ratih : “Kak, perusahaannya Papa akan bangkrut.”
Raka : “Terus apa hubungannya dengan aku?”
Ratih : “Ya, kita akan hidup sederhana. Tanpa kemewahan dan kekayaan.”
Raka : “So….?” (tak menghiraukan perkataan adiknya. Raka langsung pergi.”

*******
Mulai saat itu, keluarga Aditya Riswanto berubah menjadi keluarga yang sederhana. Mama dan Papa mereka sudah sering di rumah menemani Ratih. Akan tetapi, Raka belum sadar juga kalau keluarganya sudah bangkrut dan kehidupan keluarganya sudah tidak seperti dulu lagi.
Raka : “Pa, minta uang dong, uang Raka udah abis, nih!”
Papa : “Nak, kita sekarang lagi kesusahan, kamu kok, belum sada juga, sih?”
Raka : “Papa nih, ada-ada aja. Udah sekarang Raka minta uang 2 juta aja.”
Papa : “Nggak ada, Nak. Uang Papa dan Mama hanya cukup untuk makan kita sehari-hari dan untuk membayar uang sekolah kamu dan Ratih.”
Raka : “Papa bohong!” (membentak)
Papa : “Bener, Nak. Papa tidak punya uang sekarang.”
Raka terus marah-marah.

*******

Keesokan harinya, di sekolah Raka….
Raka : “Hai, Din…. Gimana kabarmu?”
Nadin : (tidak terlalu memperhatikan) “Idih…. Siapa tu? Kenal juga nggak, nyapa-nyapa lagi!”
Raka terus berjalan ke kelas dengan perasaan kesal dan kecewa pada Nadin.Di kelas, teman-teman Raka menjauhi Raka.Tetapi Indah tidak, Ia tetap ramah dengan Raka.
Indah : “Hai, Rak…. Apa kabar?”
Raka : “Udah, nggak usah basa-basi. Eh, aku mau tanya. Temen-temen kenapa, sih? Kok kayaknya pada ngejauhin aku.”
Indah : (Dengan gugup) “A….anu Rak….mereka semua udah tau kalau orang tuamu bangkrut. Jadi, mereka merasa udah nggak level sama kamu.”
Raka : “Apa?!!!!!!!” (marah-marah)


Sejak saat itu, Raka sering mengamuk. Dia terpukul dengan perkataan Indah. Teman-teman Raka semua menjauhi Raka. Tetapi Indah tidak, Indah malah semakin dekat dengan Raka. Akhirnya Raka sadar, siapa itu Indah. Indah adalah teman yang raman, hatinya baik, tidak pilih-pilih dalam mencari teman.Mulai saat itu, hanya Indahlah satu-satunya teman di sekolahnya.
Nilai Rakapun juga meningkat. Minggu ini, tim basket Raka akan mengikuti lomba antar sekolah. Tim basket Raka selalu menang sampai tingkat Nasional. Dan sejak saat itu Raka mulai sadar siapa dirinya. Keluarga Aditya Riswanto inipun sekarang hidup tentram, rukun dan bahagia.

2 comments:

Menu